Pages

Option Paralysis

Selasa, 08 Desember 2020

Inovasi sering diidentikkan dengan penggunaan metode baru oleh organisasi untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi baik itu produk, pelayanan, maupun metode dalam menghadapi persaingan bisnis. Di tengah 'New- Normal' saat ini inovasi dan improvisasi sangat dibutuhkan oleh oleh organisasi agar dapat mempertahankan bisnis nya.

Nah, terkait berinovasi, ada kisah dari perusahaan mainan anak LEGO; 

LEGO, perusahaan mainan asal Denmark pernah mengalami stagnant dan melakukan inovasi yang agresif untuk mendongkrak kembali penjualannya, LEGO merekrut 30 orang desainer muda terbaik di Eropa dan menciptakan puluhan jenis mainan 'inovatif' yang ternyata semuanya flop di pasar dan hampir membuat LEGO bangkrut.

Sumber gambar: google

LEGO awalnya memproduksi mainan brick dengan system interlocking dimana potongan bata bisa  dikombinasikan sehingga dapat menciptakan mainan baru sesuai dengan imajinasi pemain. Dengan membeli mainan LEGO yang baru artinya akan menambah jenis permainan anak. 

Namun, ketika para desainer muda mulai melakukan re-design dan inovasi, rupanya para desainer yang telah direkrut tidak memiliki pengalaman di bidang mainan anak, mereka tidak memahami customer LEGO dan apa yang membuat customer menyukai mainan LEGO. 
Ditangan para desainer berhasil menciptakan banyak sekali jenis mainan lego yang baru, terdiri dari beberapa tipe brick namun tidak dapat saling terhubung karena tidak menggunakan sistem interlocking yang sama. 

Beragam produk baru ciptaan para inovator yang awalnya digadang bisa mengeluarkan LEGO dari stagnasi justru membuat perusahaan mengalami kerugian akibat COGS yang dikeluarkan  cukup besar dan ternyata kurang laku di pasaran.  LEGO memproduksi terlalu banyak varian sehingga harus menjual kelebihan stock dengan harga diskon.  Pilihan mainan yang variatif justru menyebabkan option paralyses.

suber gambar : google

Belajar LEGO, ternyata dalam berinovasi kita juga harus memperhatikan batasan - batasannya nya. Inovasi harus agile dalam menentukan fokus dan batasan inovasi nya. Memberi beberapa pilihan pada konsumen adalah sebuah hal yang baik, tapi hal baik yang terlalu banyak bisa menjadi hal yang tidak baik juga.

Sama halnya ketika kita akan melakukan pesanan makanan di sebuah restaurant, tanpa adanya bantuan best seller dan  menu favorite tentu kita akan kebingungan dalam memilih menu yang tepat. Dari aspek psikologis, pilihan yang variatif akan membuat konsumen stress dan bisa meninggalkan keranjang belanja dan ujungnya akan menyebabkan lost sales.

 

Dalam berinovasi sebenarnya butuh fokus dan batasan yang jelas, tanpa hal tersebut maka apa yang dianggap sebuah inovasi sesungguhnya hanyalah kreatifitas yang tidak membawa keuntungan apapun. Inovasi dibutuhkan eksplorasi dan eksploitasi yang disempurnakan dengan continous improvement.  

Terkait Option paralyses :

  1. Pertama, kita harus menyederhanakan pilihan, lakukan FGD, survey pada konsumen mana produk yang paling best seller dan eliminasi produk yang tidak laku dalam list anda.
  2. Kedua, drive konsumen ada dengan guidance best seller, favorite dan lain sebagianya. 
Stanford University  pernah melakukan riset simulasi dengan memajang dua display berbeda: 
- Etalase A berisi 24 varian 
- Etalase B berisi 6 varian

Hasilnya, 
Etalase A convention rate traffict nya hanya 3% sedangan Etalase B 10x lipatnya yaitu 30%.
 
Hal ini karena secara psikologis, customer akan sangat terbantu jika kita menyederahanakan pilihan sehingga customer tidak pusing saat mengambil keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS