Job fair penuh sesak, potret sulitnya mencari kerja?
Beberapa waktu lalu saya membagikan potret oversupply tenaga kerja di Indonesia via Instagram Story. Gambar lautan manusia di job fair dan berita tentang membludaknya peserta, menjadi reminder bahwa saat ini persaingan pasar kerja sangatlah ketat.
Kondisi ini adalah kenyataan pahit yang sedang dihadapi oleh jutaan fresh graduate dan korban PHK yang merupakah mayoritas peserta job fair. Posisi yang ditawarkan pun umumnya entry level. Artinya, lulusan baru tidak hanya bersaing dengan sesama fresh grad, tapi juga mereka yang berpengalaman untuk posisi yang sama, yaitu entry-level.
Timingnya pun terasa relevan dimana jobfair 'Bekasi Pasti Kerja' yang viral beberapa waktu lalu berdekatan dengan pengumuman SNBT 2025. Di saat calon mahasiswa merayakan langkah awal mereka menuju gerbang perguruan tinggi, ada pesan yang perlu mereka tahu tentang dunia kerja setelah lulus nanti.
Melihat kondisi pasar kerja saat ini ,so, how to stand out?
Beberapa ada yang percaya pada mitos lama:
❌ IPK tinggi adalah segalanya
❌ Lulusan top university ternama pasti diprioritaskan
Faktanya, sebagai seroang yang bekerja di bidang HC kami melihat realitasnya lebih dari itu.
1. GPA is just a filter, not the main decider
IPK sering digunakan sebagai skrining awal administrasi, bukan penentu utama. Yang lebih krusial adalah soft skill dan hardskill atau kami menyebutnya "values". Values inilah biasanya akan digali ketika interview, lewat pertanyaan seperti:
"Apa skill dan kompetensi yang anda miliki untuk berkontribusi?"
"Bagaimana anda menghadapi tekanan atau menyelesaikan konflik?"
Pertanyaan-pertanyaan ini menggali soft skills seperti agility, emotional intelligence, dan culture fit.
2. Applicant quality > University brand name
Alamamater memang bisa menjadi salah satu pertimbangan awal karena asumsi kualitas kurikulum dan seleksi masuk. Tapi, lulus dari top university tidak menjamin lulusannya pasti berkualitas.
Reruiter mencari talenta terbaik, bukan sekadar lulusan terbaik dari top university. Kualitas individu sangat bervariasi, kami sering mendapati kandidat dari kampus yang kurang dikenal namun memiliki:
- Real passion di bidang yang mereka lamar
- Willingness to learn & adaptibility.
Kualitas-kualitas inilah yang akhirnya menjadi winning point di mata rekruter. Kampus hanyalah fasilitator dalam membentuk fondasi skill dan kompetensi, tapi mahasiswa sendirilah eksekusi utmanya. Jika kandidat berhasil lolos interview, itu adalah buah dari skills dan kompetensi yang dimiliki dan ditunjukkan 😊
Komentar
Posting Komentar