Writing Become So Hard Even Just Band Six
Belajar dari Feedback
Setelah membaca feedback dari penyelenggara mock test, saya baru sadar: IELTS writing isn't about grammar or vocabulary, we need to understand structure, coherence, and the most important thing: Kita harus jawab pertanyaannya dengan cara yang IELTS mau. Yang dinilai adalah:
- Struktur argumen yang jelas
- Koherensi atau paragraf
- Kemampuan menjawab task requirement dengan tepat.
“The journey of a thousand miles begins with a single step.” – Lao Tzu
Belajar Writing Secara Otoidak
Karena awalnya hanya berniat belajar mandiri tanpa ikut kursus intensif, saya memilih DIY (Do It Yourself) style. Dimulai dari mencari referensi dari berbagai website dan Youtube channel yang paling banyak direkomendasikan, dan menemukan 3 favorit :
- IELTS Liz: Clear explanations, especially for Task 2 structures.
- IELTS Simon: His example answers really helped me understand how to write "naturally but academically."
- IELTS Advantage: Great tips for cohesion and coherence.
Dari situ, saya mulai membuat buku catatan khusus untuk merangkum semua tips. Fokus saya adalah paraphrasing, mengembangkan ide, dan membangun struktur yang jelas dan rapi.
Setiap minggu, saya menulis 3-6 essay. Prinsip saya sederhana: Consistency is key. Awalnya saya tidak terlalu fokus pada grammar, yang penting ide jelas dan sesuai pertanyaan. Setelah selesai, barulah saya mengecek grammar dan vocabulary.
ChatGPT sebagai Writing Coach
Dan karena waktu itu tidak punya tutor, jadi saya memanfaatkan ChatGPT untuk memberi feedback. Biasanya saya menuliskan prompt : “can you give me a band score and point out my mistakes?” Hasilnya cukup membantu, terutama dalam hal grammar, coherence, dan ide pengembangan.
Bisa dibilang, ChatGPT menjadi writing coach pribadi saya. Tapi, walaupun sudah latihan beberapa kali, skor ku dari chatGPT tetap stuck di band 5.5 :'(.
Doa Sebagai Sumber Ketenangan
Satu hal yang selalu saya lakukan sebelum ujian adalah berdoa. Bukan hanya untuk meminta hasil yang baik, tetapi juga agar hati lebih tenang, pikiran jernih, dan jawaban lancar. Alhamdulillah, doa itu benar-benar terasa.
Saat ujian, topik yang keluar ternyata relatif lebih mudah daripada perkiraan saya. Task 1 waktu itu dapat line chart dan pie chart, dan Task 2 tentang how companies can increase their sales. Topik ini cukup familiar, dan saya bisa langsung develop idea karena topik marketing ini lebih umum.
Sementara itu, beberapa teman saya tidak seberuntung itu, ada yang dapat topik terkait space exploration, science juga ada terkait "Happiness is considered very important in life", yang agak abstrak dan sulit dikembangkan.
The Result?
Hasil akhirnya: Band 6.0.
Awalnya tentu sedikit kecewa, setelah latihan berbulan-bulan, saya berharap bisa lebih tinggi. tapi hanya dapat band 6. But after thinking about it, from Band 4.5 to Band 6 was already a big improvement. And the best part is: I did it by myself. No tutor, no expensive classes, just my dedication, the internet, and pray.
A Quote That Stuck with Me:
“It always seems impossible until it’s done.” – Nelson Mandela
I never thought I could get a Band 6 after starting with such a low score, but I did it.
"Do not lose hope, nor be sad." – Quran 3:139
This verse reminded me that no matter how difficult things get, there’s always a way if we trust in Allah.
Perjalanan belajar writing memang penuh tantangan, tapi dengan konsistensi, sumber belajar yang tepat, dan doa, Improvement is always possible. Dan bagi saya, Band 6 bukanlah akhir, melainkan awal dari langkah berikutnya.








Komentar
Posting Komentar